SEMARANG
– Lunpia. Siapa yang tidak kenal dengan makanan lezat yang satu ini. Makanan
khas Semarang yang berbahan dasar dari rebung yang dibungkus dengan adonan
kulit dari tepung gandum ini sangat terkenal baik di Kota Semarang sendiri
maupun diluar daerah Jawa Tengah. Lunpia
Amoy Jagalan yang berada di Jl. Jagalan nomor 70, merupakan salah satu
sentra pembuatan lunpia di Semarang ini sangat berbeda dengan lunpia yang lain.
Ya,
sesuai dengan namanya Amoy adalah suatu nama daerah di China, karena sang
pencetus adanya lunpia ini berasal dari sana. Swan Neo (67), yang merupakan
penerus dari mendiang ayahnya dalam usaha Lunpia Amoy ini tetap memegang teguh
cita rasa khas peninggalan dari ayahnya semenjak 1930, yang berarti sudah 86
tahun sekarang. “Dulu ayah saya mulai berjualan dengan gerobak, belum seperti
sekarang yang sudah di toko” ujar Ibu Swan Neo.
Apa
bedanya?
Dari
kulit lunpia yang dibuat secara turun-temurun, isinya yang berbeda dari lunpia
yang lain yaitu terdapat potongan telur, udang, dan juga ada varian isi yang
lain yaitu daging babi untuk pembeli yang ingin mengganti isinya tidak
menggunakan rebung, bentuknya yang lebih kecil dari lunpia-lunpia yang ada di
Semarang, serta cara penyajiannya terdapat dua macam jenis, yaitu lunpia basah
dan kering dan resep-resepnya dibuat oleh sang pemiliknya sendiri. Namun, dari
semua perbedaan yang ada diatas tidak mengubah cita rasa dari lunpia itu
sendiri. Rasanya tetap lezat dan pas dengan ukuran yang tidak begitu besar.
Sebagai
penambah cita rasa lunpia ini dapat dicocol dengan saus yang terbuat dari
tepung kanji. Sausnya pun ada dua jenis, ada yang manis dan ada yang pedas,
disesuaikan dengan selera pembeli. “Kulitnya saja dimakan tanpa digoreng sudah
enak, apalagi rebungnya yang dicuci dan direbus berkali-kali agar bau pesingnya
hilang. Jadi luar dalam dari lunpia ini dijamin enak” kata Ibu Swan Neo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar